Metaverse dan Kolaborasi Virtual (Virtual Collaboration) dalam Supply Chain: Masa Depan Kolaborasi Global. Rantai pasok modern menghadapi berbagai tantangan kompleks seperti volatilitas permintaan, disrupsi global, dan kebutuhan untuk kolaborasi yang lebih erat antar mitra. Artikel ini akan membahas konsep metaverse dan virtual collaboration dalam konteks supply chain, bagaimana teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi operasional, serta implikasinya bagi masa depan industri.
Di era digital ini, teknologi inovatif seperti Metaverse dan alat Kolaborasi Virtual menawarkan solusi yang menjanjikan untuk mengatasi tantangan tersebut dan mentransformasi cara operasi rantai pasok. Mari kita jelajahi potensi besar dari tren yang sedang berkembang ini.
Apa Itu Metaverse dan Virtual Collaboration?
Definisi Metaverse
Metaverse adalah dunia virtual imersif yang menggabungkan realitas fisik dan digital melalui teknologi seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan blockchain. Dalam metaverse, pengguna dapat berinteraksi dengan lingkungan virtual, objek 3D, dan bahkan orang lain dalam bentuk avatar.
Metaverse, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh novel fiksi ilmiah Snow Crash karya Neal Stephenson, merujuk pada dunia virtual 3D yang immersif dan interaktif di mana pengguna dapat berinteraksi satu sama lain dan dengan objek digital seolah-olah itu nyata (Fuerst dkk., 2023). Metaverse menggabungkan teknologi canggih seperti virtual reality (VR), augmented reality (AR), Internet of Things (IoT), dan blockchain untuk menciptakan pengalaman yang kaya dan mulus (Lee dkk., 2021).
Dalam konteks bisnis, Metaverse membuka berbagai kemungkinan menarik. Perusahaan dapat membuat “digital twins” atau representasi virtual dari aset, produk, dan proses fisik mereka (Hu dkk., 2023). Ini memungkinkan simulasi, pemantauan, dan optimalisasi operasi secara real-time tanpa perlu berada di lokasi fisik. Metaverse juga memfasilitasi kolaborasi yang lebih immersif antar tim yang terdistribusi secara geografis.
Virtual Collaboration dalam Rantai Pasok
Virtual collaboration, di sisi lain, adalah proses kerja sama antara individu atau tim melalui platform digital. Dalam konteks metaverse, virtual collaboration memungkinkan kolaborasi lintas negara dengan cara yang lebih interaktif dan mendalam dibandingkan alat tradisional seperti email atau video conference.
Kolaborasi yang erat di antara berbagai pemangku kepentingan – pemasok, produsen, distributor, pengecer – adalah kunci untuk rantai pasok yang efisien dan tangguh. Namun, koordinasi dapat menjadi tantangan, terutama dengan tim yang tersebar secara global. Di sinilah alat kolaborasi virtual seperti ruang rapat VR, papan tulis digital, dan platform co-design 3D dapat mengubah permainan (Onaji dkk., 2022).
Bayangkan insinyur produk, desainer, dan mitra pemasok berkolaborasi pada prototipe produk baru dalam ruang virtual bersama, secara iteratif menyempurnakan desain dan secara instan mensimulasikan kinerja – semua tanpa perlu bepergian atau menunggu prototipe fisik (Eswaran dan Bahubalendruni, 2022). Atau, tim operasional melakukan “berjalan melewati” fasilitas produksi virtual untuk mengidentifikasi bottleneck dan mengoptimalkan tata letak – hemat waktu dan biaya dibandingkan kunjungan di lokasi.
Kolaborasi virtual juga sangat bermanfaat untuk pelatihan dan onboarding karyawan. Metaverse memungkinkan simulasi skenario dunia nyata yang terperinci, memungkinkan karyawan baru untuk berlatih tugas dan mengatasi situasi dalam lingkungan yang aman dan terkontrol (Radianti dkk., 2020). Pendekatan imersif ini dapat mempercepat kurva pembelajaran dan meningkatkan retensi keterampilan.
Mengapa Metaverse Penting untuk Supply Chain?
Supply chain modern sering kali melibatkan banyak pihak, seperti pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan, yang tersebar di berbagai lokasi geografis. Komunikasi dan kolaborasi yang efektif menjadi kunci keberhasilan. Namun, tantangan seperti perbedaan zona waktu, kurangnya visibilitas, dan keterbatasan alat kolaborasi tradisional sering kali menghambat efisiensi. Metaverse menawarkan solusi inovatif untuk masalah ini:
- Kolaborasi Real-Time dalam Lingkungan Imersif
Dalam metaverse, semua pihak dapat bertemu di ruang virtual untuk mendiskusikan strategi, merancang produk, atau memantau operasi rantai pasok secara real-time. Misalnya, tim desain dari Amerika Serikat dapat berkolaborasi dengan pabrik di Asia untuk merancang prototipe produk menggunakan model 3D interaktif. - Simulasi dan Optimasi Proses
Metaverse memungkinkan pembuatan simulasi digital dari seluruh rantai pasok. Ini disebut digital twin , yaitu versi virtual dari sistem fisik. Menurut (Dolgui dan Ivanov, 2023), digital twin dalam metaverse dapat digunakan untuk mensimulasikan skenario seperti dampak bencana alam terhadap logistik atau optimasi rute pengiriman. - Peningkatan Visibilitas
Dengan teknologi blockchain yang terintegrasi dalam metaverse, semua transaksi dan aktivitas dalam rantai pasok dapat direkam secara transparan. Ini memungkinkan pemangku kepentingan untuk melacak barang dari pemasok hingga pelanggan akhir tanpa risiko manipulasi data. - Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan
Metaverse juga dapat digunakan untuk pelatihan karyawan dalam lingkungan virtual. Misalnya, pekerja gudang dapat dilatih untuk menggunakan peralatan baru melalui simulasi VR tanpa risiko cedera.
Menyelaraskan Rantai Pasok Fisik dan Digital
Saat rantai pasok menjadi semakin kompleks dan sarat data, menyelaraskan operasi fisik dan digital menjadi semakin penting. Metaverse dan digital twins menawarkan solusi sempurna untuk tantangan ini. Dengan secara kontinyu menangkap data IoT dari aset dan proses fisik dan memperbarui representasi digitalnya, perusahaan dapat memperoleh visibilitas dan kontrol waktu nyata atas seluruh rantai (Srai dan Lorentz, 2019).
Ambil contoh produsen yang menggunakan digital twin dari pabrik untuk memonitor kinerja peralatan, memprediksi pemeliharaan, dan mengoptimalkan penjadwalan produksi secara dinamis berdasarkan perubahan permintaan. Atau, rantai ritel yang mensimulasikan tata letak toko dan penempatan produk dalam Metaverse sebelum implementasi fisik, memungkinkan pengujian dan iterasi yang cepat.
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan ketangkasan (agility), tetapi juga memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik dengan memanfaatkan analitik canggih dan wawasan waktu nyata (Panetto dkk., 2019). Dengan Metaverse sebagai lapisan orkestra digital, organisasi dapat mencapai sinkronisasi mulus antara rantai pasok fisik dan digital mereka.
Infografis

Visualisasi gambar metaverse dan virtual collaboration dalam supply chain ini disusun menggunakan zona dan bagian terpisah untuk menjelaskan konsep yang berbeda. Diagram ini terbagi menjadi beberapa bagian utama:
- Lingkungan Metaverse (bagian kiri atas) – Menggambarkan tiga komponen utama dari pengalaman metaverse:
- VR Headset – Perangkat keras yang memungkinkan pengguna memasuki dunia virtual
- Digital Avatar – Representasi digital dari pengguna dalam metaverse
- Virtual Environment – Ruang digital untuk interaksi dan kolaborasi
- Rantai Pasok Tradisional (bagian kanan atas) – Menampilkan tiga elemen kunci dalam rantai pasok konvensional:
- Produsen – Titik awal pembuatan produk
- Distributor – Perantara dalam jaringan distribusi
- Retail – Titik akhir penjualan ke konsumen
- Transformasi Rantai Pasok melalui Metaverse (bagian tengah) – Menggambarkan tiga mekanisme utama bagaimana metaverse mengubah rantai pasok:
- Kolaborasi Real-time – Memungkinkan pemangku kepentingan berinteraksi langsung dalam lingkungan virtual
- Visualisasi Digital Twin – Menciptakan replika digital dari aset fisik dan proses rantai pasok
- Simulasi Prediktif – Memungkinkan pengujian skenario “what-if” untuk perencanaan yang lebih baik
- Manfaat Utama (bagian bawah) – Menyoroti empat keuntungan transformasi berbasis metaverse:
- Pengurangan Biaya – Efisiensi operasional yang lebih baik
- Transparansi Rantai Pasok – Visibilitas lebih baik di seluruh jaringan
- Respons Lebih Cepat – Kemampuan bereaksi dengan cepat terhadap perubahan
- Keberlanjutan – Praktik yang lebih ramah lingkungan
Bagaimana Virtual Collaboration Mendukung Supply Chain?
Virtual collaboration dalam metaverse tidak hanya memfasilitasi komunikasi, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih dinamis dan produktif. Berikut adalah beberapa cara virtual collaboration dapat mendukung supply chain:
1. Ruang Pertemuan Virtual
Platform seperti Microsoft Mesh dan Meta Horizon Workrooms memungkinkan tim lintas negara untuk bertemu di ruang virtual. Dalam pertemuan ini, peserta dapat berbagi dokumen, menganalisis data, atau bahkan berjalan-jalan di “pabrik virtual” untuk memeriksa proses produksi.
2. Desain Produk Secara Kolaboratif
Perusahaan seperti NVIDIA Omniverse telah mengembangkan platform metaverse untuk desain produk kolaboratif. Tim desain dapat bekerja bersama-sama pada model 3D yang sama, meskipun mereka berada di lokasi yang berbeda. Ini sangat berguna dalam industri manufaktur dan otomotif.
3. Monitoring dan Kontrol Jarak Jauh
Dengan teknologi IoT yang terhubung ke metaverse, manajer rantai pasok dapat memantau kondisi gudang, kendaraan pengiriman, atau bahkan mesin produksi secara real-time. Misalnya, sensor suhu di truk pendingin dapat memberikan notifikasi jika ada fluktuasi suhu yang berpotensi merusak produk.
4. Manajemen Risiko
Virtual collaboration memungkinkan tim untuk merespons risiko lebih cepat. Misalnya, jika terjadi gangguan rantai pasok akibat bencana alam, tim dapat segera bertemu di metaverse untuk mendiskusikan solusi alternatif.
Manfaat Metaverse dan Virtual Collaboration dalam Supply Chain
Berikut adalah beberapa manfaat utama yang ditawarkan oleh metaverse dan virtual collaboration dalam supply chain:
- Efisiensi Operasional
Dengan kolaborasi virtual yang lebih cepat dan efisien, perusahaan dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Menurut (Lee dkk., 2021), efisiensi ini dapat menghemat biaya operasional hingga 20%. - Pengurangan Biaya Perjalanan
Metaverse menghilangkan kebutuhan untuk perjalanan fisik, yang tidak hanya menghemat biaya tetapi juga mengurangi jejak karbon perusahaan. - Inovasi Produk
Kolaborasi virtual memungkinkan tim untuk berinovasi lebih cepat. Desain produk dapat diuji dan dimodifikasi dalam lingkungan virtual sebelum diproduksi secara fisik. - Peningkatan Kepercayaan
Transparansi yang ditawarkan oleh blockchain dalam metaverse dapat meningkatkan kepercayaan antara pemasok, produsen, dan pelanggan.
Tantangan Implementasi Metaverse dalam Supply Chain
Meskipun metaverse menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi:
- Infrastruktur Teknologi
Implementasi metaverse memerlukan infrastruktur teknologi yang kuat, termasuk kecepatan internet tinggi dan perangkat AR/VR. Menurut (Bag dkk., 2023) , ini bisa menjadi hambatan bagi perusahaan kecil atau di negara berkembang. - Keamanan Data
Dengan banyaknya data yang dipertukarkan dalam metaverse, risiko kebocoran data dan serangan siber meningkat. Protokol keamanan yang kuat harus diterapkan. Keamanan data dan privasi adalah perhatian utama, mengingat volume data sensitif yang mengalir melalui ekosistem terhubung ini (Falchuk dkk., 2018). Diperlukan protokol yang kuat dan teknologi seperti blockchain untuk memastikan pertukaran data yang aman dan terpercaya. - Adopsi oleh Pengguna
Banyak karyawan mungkin membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan teknologi baru ini. Pelatihan intensif diperlukan untuk memastikan adopsi yang sukses. Adopsi Metaverse membutuhkan pergeseran mendasar dalam pola pikir dan alur kerja organisasi. Agar berhasil, perusahaan perlu berinvestasi dalam pengembangan keterampilan, perubahan manajemen, dan realigment proses untuk memanfaatkan sepenuhnya kemampuan teknologi ini - Regulasi
Belum ada regulasi global yang jelas tentang penggunaan metaverse dalam bisnis. Ketidakpastian ini dapat menimbulkan risiko hukum.
Studi Kasus Metaverse dan Virtual Collaboration dalam Supply Chain
Berikut ini adalah beberapa contoh nyata penggunaan metaverse dalam supply chain:
1. BMW Group: Kolaborasi Virtual untuk Desain dan Perencanaan Pabrik
BMW Group telah mengadopsi teknologi Metaverse untuk merampingkan proses desain dan perencanaan pabrik mereka. Dengan platform Nvidia Omniverse, insinyur dan desainer BMW dapat berkolaborasi secara virtual pada model 3D pabrik yang sangat rinci.
Dalam lingkungan virtual ini, tim dapat berjalan melewati tata letak pabrik, mensimulasikan lini produksi, dan mengidentifikasi potensi bottleneck atau masalah ergonomis sebelum implementasi fisik. Ini memungkinkan iterasi desain yang lebih cepat, mengurangi kebutuhan akan prototipe fisik yang mahal dan mempersingkat waktu ke pasar untuk model kendaraan baru.
Selain itu, digital twin dari pabrik yang terus diperbarui dengan data sensor IoT memungkinkan BMW untuk memantau dan mengoptimalkan operasi secara real-time. Mereka dapat mensimulasikan perubahan pada jadwal produksi atau tata letak mesin dan menilai dampaknya secara virtual sebelum menerapkannya, meningkatkan fleksibilitas dan efisiensi.
2. DHL: Pelatihan Imersif untuk Karyawan Gudang
DHL, raksasa logistik global, telah memanfaatkan teknologi Metaverse untuk merevolusi cara mereka melatih karyawan gudang. Menggunakan headset VR, karyawan baru dapat menjalani skenario pelatihan imersif dalam lingkungan gudang virtual.
Dalam Metaverse ini, karyawan dapat berlatih tugas-tugas seperti mengambil dan mengemas pesanan, mengoperasikan peralatan penanganan material, dan menavigasi tata letak gudang – semua tanpa mengganggu operasi gudang yang sebenarnya. Simulasi terperinci ini memungkinkan karyawan membiasakan diri dengan lingkungan kerja dan mempelajari protokol keselamatan penting sebelum ditugaskan.
Selain itu, DHL menggunakan analitik data dari sesi pelatihan virtual untuk mengidentifikasi area yang perlu perbaikan dan menyesuaikan program secara proaktif. Pendekatan inovatif ini telah menghasilkan onboarding karyawan yang lebih cepat, peningkatan keselamatan, dan karyawan yang lebih siap dan percaya diri ketika mereka memulai peran baru mereka.
3. Coca-Cola: Kolaborasi Virtual untuk Eksekusi Perdagangan Ritel
Coca-Cola telah mengadopsi platform kolaborasi virtual berbasis Metaverse untuk merampingkan proses eksekusi perdagangan ritel mereka. Dengan solusi berbasis VR, tim penjualan Coca-Cola dan mitra ritel dapat bertemu di ruang rapat virtual untuk berkolaborasi pada strategi planogram dan penempatan produk.
Dalam lingkungan Metaverse, peserta dapat secara interaktif memanipulasi tata letak rak virtual, mencoba berbagai skenario penyusunan produk, dan secara instan memvisualisasikan dampaknya terhadap penjualan dan visibilitas merek. Tim Coca-Cola juga dapat menyajikan konsep in-store baru dan mendapatkan umpan balik langsung dari mitra ritel, memungkinkan penyempurnaan yang lebih cepat.
Platform ini menghilangkan kebutuhan akan banyak perjalanan dan pertemuan secara langsung, menghemat waktu dan biaya serta memungkinkan siklus pengambilan keputusan yang lebih cepat. Digital twin dari toko yang ditingkatkan dengan data POS waktu-nyata memungkinkan optimasi berkelanjutan dan pengujian konsep baru dalam lingkungan virtual sebelum meluncurkannya.
4. Walmart – Transformasi Rantai Pasok melalui Metaverse
Walmart, raksasa ritel terbesar di dunia, telah lama dikenal sebagai pionir dalam inovasi rantai pasok. Dalam upaya untuk tetap berada di garis depan digitalisasi, perusahaan telah mulai merangkul teknologi Metaverse untuk merevolusi cara mereka mengelola dan mengoptimalkan operasi rantai pasok yang luas dan kompleks.
Virtual Collaboration untuk Desain Produk dan Pengadaan
Salah satu area utama di mana Walmart menerapkan kolaborasi virtual adalah dalam proses desain dan pengadaan produk. Dengan platform Metaverse, tim desain produk Walmart dapat berkolaborasi secara real-time dengan pemasok di seluruh dunia pada prototipe digital 3D.
Bayangkan desainer Walmart di Arkansas bekerja sama pada model virtual produk baru dengan produsen di Cina, secara iteratif menyempurnakan desain, memilih bahan, dan bahkan mensimulasikan kinerja – semua tanpa perlu perjalanan internasional atau sampel fisik yang mahal dan memakan waktu.
Metaverse memungkinkan siklus pengembangan produk yang jauh lebih cepat dan hemat biaya. Desainer dapat melihat bagaimana produk akan terlihat di rak toko virtual, mendapatkan umpan balik instan dari mitra ritel, dan membuat penyesuaian secara real-time. Pendekatan kolaboratif ini tidak hanya mempersingkat waktu ke pasar tetapi juga memastikan bahwa produk dioptimalkan untuk keberhasilan ritel dari hari pertama.
Digital Twins untuk Optimalisasi Jaringan Distribusi
Walmart juga memanfaatkan kekuatan digital twins – replika virtual dari aset dan proses fisik – untuk mengoptimalkan jaringan distribusi yang luas. Dengan lebih dari 200 pusat distribusi yang melayani ribuan toko, memastikan aliran barang yang efisien adalah tugas yang kompleks.
Dalam Metaverse, Walmart dapat membuat digital twins dari setiap fasilitas distribusi, lengkap dengan tata letak, sistem penanganan material, dan alur kerja yang terperinci. Diperkaya dengan data IoT waktu-nyata dari sensor dalam operasi fisik, digital twins ini menjadi model virtual yang hidup dari rantai pasokan Walmart.
Tim dapat mensimulasikan perubahan pada tata letak fasilitas, alokasi inventaris, atau rute pengiriman dalam lingkungan virtual dan secara instan menilai dampaknya terhadap throughput, biaya, dan tingkat layanan. Wawasan ini memungkinkan optimasi berkelanjutan dan membantu Walmart tetap gesit dalam menghadapi fluktuasi permintaan.
Pelatihan Karyawan Imersif
Dengan tenaga kerja lebih dari 2 juta karyawan di seluruh dunia, pelatihan adalah komponen penting dalam memastikan operasi rantai pasok yang lancar di Walmart. Perusahaan telah mengadopsi platform pelatihan berbasis Metaverse untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang imersif dan efektif.
Menggunakan headset VR, karyawan Walmart dapat menjalani skenario pelatihan realistis, seperti menavigasi tata letak toko, menangani barang, atau mengatasi situasi pelanggan yang menantang. Lingkungan virtual memungkinkan karyawan untuk belajar melalui praktik tanpa risiko mengganggu operasi toko.
Selain itu, manajer dapat bergabung dengan sesi pelatihan virtual untuk memberikan bimbingan dan umpan balik langsung, memastikan bahwa karyawan menerima dukungan yang diperlukan. Analitik yang tertanam dalam platform memungkinkan Walmart melacak kemajuan karyawan, mengidentifikasi bidang yang perlu perbaikan, dan menyesuaikan program secara proaktif.
Kesimpulan
Dalam keempat studi kasus implementasi Metaverse dan Virtual Collaboration dalam Supply Chain tersebut, tema yang sama muncul: Metaverse dan alat kolaborasi virtual memungkinkan organisasi rantai pasokan untuk mendigitalkan proses, bereksperimen secara virtual, dan berkolaborasi secara mulus dari jarak jauh. Dengan menghapus batasan fisik, teknologi ini mempercepat inovasi, meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya meningkatkan daya tanggap rantai pasokan terhadap perubahan pasar.
Namun, penting untuk dicatat bahwa adopsi Metaverse dalam rantai suplai masih dalam tahap awal. Studi kasus ini mewakili perusahaan-perusahaan visi ke depan yang merintis penerapan teknologi ini. Agar Metaverse menjadi arus utama dalam manajemen rantai pasokan, masih banyak yang harus dilakukan dalam hal pengembangan platform, standar industri, dan perubahan organisasi.
Metaverse dan virtual collaboration adalah teknologi revolusioner yang memiliki potensi besar untuk mentransformasi supply chain. Dengan kemampuan untuk mendukung kolaborasi lintas negara, meningkatkan visibilitas, dan mengoptimalkan proses, teknologi ini dapat membantu perusahaan menjadi lebih tangguh, efisien, dan inovatif. Meskipun ada tantangan seperti infrastruktur dan keamanan data, manfaat yang ditawarkan jauh lebih besar daripada hambatan tersebut.
Artikel ini menunjukkan bahwa metaverse bukan hanya tren sesaat, tetapi fondasi baru untuk kolaborasi global dalam supply chain. Dengan pendekatan yang tepat, metaverse dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk membangun masa depan rantai pasok yang lebih cerdas dan berkelanjutan.
Daftar Pustaka
- Bag, S., Rahman, M.S., Srivastava, G. and Shrivastav, S.K. (2025), “Unveiling metaverse potential in supply chain management and overcoming implementation challenges: an empirical study”, Benchmarking: An International Journal, Vol. 32 No. 11, pp. 79-108. https://doi.org/10.1108/BIJ-05-2023-0314
- Dolgui, A., & Ivanov, D. (2023). Metaverse supply chain and operations management. International Journal of Production Research, 61(23), 8179-8191. https://doi.org/10.1080/00207543.2023.2240900
- Eswaran, M., & Bahubalendruni, M. R. (2022). Challenges and opportunities on AR/VR technologies for manufacturing systems in the context of industry 4.0: A state of the art review. Journal of Manufacturing Systems, 65, 260-278. https://doi.org/10.1016/j.jmsy.2022.09.016
- Falchuk, B., Loeb, S., & Neff, R. (2018). The social metaverse: Battle for privacy. IEEE Technology and Society Magazine, 37(2), 52-61. https://doi.org/10.1109/MTS.2018.2826060
- Fuerst, S., Sanchez-Dominguez, O., & Rodriguez-Montes, M. A. (2023). The Role of Digital Technology within the Business Model of Sustainable Entrepreneurship. Sustainability, 15(14), 10923. https://doi.org/10.3390/su151410923
- Hu, B., Guo, H., Tao, X., & Zhang, Y. (2023). Construction of digital twin system for cold chain logistics stereo warehouse. IEEE Access, 11, 73850-73862. https://doi.org/10.1109/ACCESS.2023.3295819
- Lee, L. H., Braud, T., Zhou, P., Wang, L., Xu, D., Lin, Z., & Hui, P. (2021). All one needs to know about metaverse: A complete survey on technological singularity, virtual ecosystem, and research agenda. Journal of Latex Class Files, 14(8), 1-66. https://doi.org/10.48550/arXiv.2110.05352
- Onaji, I., Tiwari, D., Soulatiantork, P., Song, B., & Tiwari, A. (2022). Digital twin in manufacturing: conceptual framework and case studies. International journal of computer integrated manufacturing, 35(8), 831-858. https://doi.org/10.1080/0951192X.2022.2027014
- Panetto, H., Iung, B., Ivanov, D., Weichhart, G., & Wang, X. (2019). Challenges for the cyber-physical manufacturing enterprises of the future. Annual Reviews in Control, 47, 200-213. https://doi.org/10.1016/j.arcontrol.2019.02.002
- Radianti, J., Majchrzak, T. A., Fromm, J., & Wohlgenannt, I. (2020). A systematic review of immersive virtual reality applications for higher education: Design elements, lessons learned, and research agenda. Computers & Education, 147, 103778. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2019.103778
- Srai, J. S., & Lorentz, H. (2019). Developing design principles for the digitalization of purchasing and supply management. Journal of Purchasing and Supply Management, 25(1), 78-98. https://doi.org/10.1016/j.pursup.2018.07.001